awan

awan
Above Java

Monday 27 September 2010

a new life


I call it new because its my next phase in my life as a student. I was a student and im still now. Im going to grad school! :D (grad school itu istilah yang sering dipake di Amerika untuk post-graduate levels di sekolah tinggi/univ.) yes, im still a student. but not in lovely Jogja anymore, its in Jakarta now. These two cities has a lot of differences in many aspects. the latter one is much more big, crowded, rough, fast, advanced technology, expensive in everything, etc. one thing that I love from this high density city is the women are more attractive than in Jogja :p no offense.
well, I haven’t started school yet. I just had my matriculation last saturday, given introduction from the school, met the lecturers, and met new friends. they were very nice and friendly. as I know them, I feel quite inferior being around, not because im not using blackberry or anything imitating it, but because all of my friends already made money by their own. they go working. they have already experienced what I havent. a little envy comes out. actually I have some work too, like being a scorer or tester of some psychological test in some companies, but still sometimes I discount my self. I shouldnt. we all should not discount ourselves.
so, COWWABANGGAAAAA!

*tomorrow's my first class! kyaaa!


Tuesday 21 September 2010

fenomenologi kamera (saya)

ini cerita tentang sudut pandang. eh, semua cerita itu tentang sudut pandang deng! kali ini sudut pandang saya, siapa lagi? jadi silakan baca, ga paham juga gak papa :p

sempat geli pas ngeliat di salah satu majalah, katanya fotografi termasuk ke dalam salah satu lifestyle zaman sekarang. haha. geli aja gitu, temen saya juga sependapat. lifestyle lainnya ada travelling, terus apalagi saya lupa. gelinya sih karena kesannya ’lifestyle’ tuh nggaya, eksis, dan sophisticated banget :D fotografi tu cuma buat orang pikun kalee, kalo kata film Up In The Air mah. what i really mean is, fotografi atau kegiatan menjepret kamera atau mengabadikan gambar itu sendiri adalah hidup. lebih spesifiknya kalo pake kamera film. yep, kamera yang pake film. kamera manual. kamera analog. kamera jadul. tahukah kalian bagaimana bunyi cekrek nya kamera analog? beuh. keren! aduh, kata apa yang tepat ya. harus denger sendiri lah pokoknya. beda sm kamera digital, pocket, hape, bahkan buat beberapa DSLR yang cekreknya direkam. kecuali DSLR yang udah pro banget, biasanya yang satu atau dua digit nomor serinya tuh sistem shutternya sama kayak kamera manual. klo speed 1/30 bunyinya *ceek...reek. kalo udah 1/2000 bunyinya *ckrk! haha... beda lah bunyi kamera manual mah. ya iyalah, besi ketemu besi! saling menggesek dan sebenernya bunyinya ga cuma *cekrek, tapi ada sedikit *ting di akhirannya. mendengung dikit gitu. cekrek+ting=cekring. haha!
menurut saya sistem shutter yang kayak gini yang jujur banget! ini yang saya maksudkan sama persis kayak hidup! (belibet ya..emang). sekalinya si shutter tipis ringkih itu buka-tutup, langsung lah si cahaya alias gambar itu nempel ke si film dan ga bisa diapus, ga bisa diubah (kalo mau diubah saat itu juga ya bisa dibuka bodynya, tapi itu kebakar namanya. heu). jujur apa adanya, sama kan kayak hidup. digital cameras need loadings. coba deh nge-bulb pake DSLR, pasti butuh processing (sotoy :D). ketika chipnya mikir, udah ga jujur dan apa adanya deh. an analog doesnt, ga ada delay. life should be honest. apa adanya aja.

terus berlanjut ke proses menghasilkan gambar. saya belum pernah belajar sih cara nyuci negatif sampe jadi klise lalu dicetak, apalagi discan sampe jadi .jpg alias file gambar yang biasanya disimpan dalam bentuk CD. saya taunya, untuk mau liat hasilnya aja, baik dalam bentuk klise maupun file, itu butuh waktu dan proses yang lumayan rumit. results may vary tergantung dari banyak hal, kayak dari cairan cuci filmnya lah, kecanggihan dan kesehatan si mesin scanner lah, ketelitian si pencucinya lah, dsb. nah, kalo ini saya analogiin juga sama kehidupan, bahwa dalam hidup itu selalu butuh proses buat dapetin dan menikmati yang namanya hasil. ga ada yang instan. teknologi digital membuat semuanya lebih enak emang, tapi jadinya semakin mudah dan instan. reminds us that life is full of processes. nikmatin setiap proses yang ada.

ga cuma itu, setelah proses yang lama nyuci si seluloid a.k.a roll film itu, ga akan selalu sesuai harapan yang moto. ga tau juga kalo yang udah pro mah,hehe. pas liat hasil jepretan, sering kali muncul kata-kata kayak, ”kok kayak gini sih?”, atau malah, ”ih, jadi bagus siah!”. interpretasi saya, hidup itu sulit ditebak atau serba ga pasti. ’ga pasti’ dalam artian, setelah ngatur speed, bukaan, fokus di mana dan ini itu lainnya, tetep hasilnya ada aja yang ga sesuai harapan. kadang lebih jelek, kadang lebih bagus dari yang diekspektasiin. many surprises! di hidup juga gitu, manusia ga akan selalu dapetin apa yang dipengenin. kadang dapet yang enak, kadang dapet yang ga enak. serunya lagi, 1 roll itu cuma bisa dapetin 36-38 (39 klo beruntung dan jago masang film :D ) frame. anggap lah rata-rata 36 ya. so, you only got 36 unpredictable shots. life is unpredictable. maksimalin setiap kesempatan.

jadiii...cerita tentang sudut pandang saya sama fotografi ya kayak gini ni. ini yang saya anut, saya hayati, saya jalankan. emang sih, sedikit defense dan terkesan meng-agung-kan kamera analog. haha. yo piye meneh, belum sanggup beli DSLR eee...gyahaha...

menurut saya, hidup harus diterima apa adanya. bukan berarti pasrah tanpa perjuangan ya, tapi jadi bisa belajar ikhlas aja :D

aduh, jadi kangen Icaaa!
*lari ke kamar ambil kamera